DIFTERI SI SAKIT TENGGOROKAN YANG MEMATIKAN
DIFTERI SI SAKIT TENGGOROKAN YANG MEMATIKAN
Tanggal 20 Februari 2023, di Indonesia tepatnya di Garut terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Hal ini ditetapkan setelah ditemukan 7 kasus meninggal dunia yang diduga akibat Difteri. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa kejadian KLB dipicu oleh keterlambatan imunisasi selama tiga tahun pandemi COVID-19. Untuk memutusa mata ratai penularan Difteri Pemerintah mengambil langkah cepat dengan mengejar ketertinggalan imunisasi Diphteria Tetanus (DT) dengan vaksinasi masal terhadap anak-anak, salah satunya dengan mendatangi sekolah-sekolah.
Difteri adalah penyakit yang sangat menular disebabkan oleh bakteri Corynebacteruim diphteriae. Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama pada selaput mukosa faring, laring, tonsi, hidung, dan juga pada kulit. Gejala berupa infeksi pernapasan akut (ISPA) bagian atas, nyeri tenggorokan, nyeri menelan, demam, dan ditemui psudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman di tonsil, faring, atau laring yang tidak mudah lepas serta berdarah jika diangkat.
Pada keadaan yang lebih berat dapat ditandai dengan kesulitan menelan, sesak napas, napas berbunyi (stridor), dan pembengkakan leher tampak seperti leher sapi (bullneck). Kematian biasanya terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas, kerusakan otot jantung, serta kelainan saraf pusat dan ginjal. Apabila tidak diobati dan tidak mempunyai kekebalan, angka kematian mencapai 50%, sedangkan dengan terapi angka kematian sekitar 10%.
Penularan terjadi melalui droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak erat langsung dari luka di kulit. Penyakit ini bisa menyerang semua golongan umur baik anak-anak maupun dewasa namun anak dibawah 5 tahun dan orang tua diatas 60 tahun lebih beresiko tertular.
Dagnosis Difteri ditegakkan berdasarkan hasil uji laboratorium dari swab tenggorokan/ hidung/luka yang diduga sumber penularan bakteri Corynebacterium diphteriae. Karena penyakit ini sangat menular, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap kontak erat yaitu keluarga serumah, teman, kontak cium/seksual yang melakukan kontak dalam 7 hari terakhir. Apabila ditemukan adanya bakteri harus diberikan terapi sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi dan kematian yaitu diberikan antibiotik untuk membunuh kuman dan Anti Difteri Serum (ADS) untuk menetralisir exotoxin dari kuman difteri.
Difteri termasuk dalam Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Saat ini vaksin untuk imunisasi rutin dan lanjutan yang diberikan guna mencegah penyakit Difteri ada 3 macam, yaitu:
1. DPT-HB-Hib (vaksin kombinasi Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Meningitis serta Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B) untuk bayi usia 2, 3, 4, dan 18 bulan
2. DT (vaksin kombinasi Difteri Tetanus) untuk anak SD kelas 1 pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
3. Td (vaksin kombinasi Tetanus Difteri) untuk anak SD kelas 2 dan 5 pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) serta Wanita Usia Subur (WUS)
Seperti halnya kasus penyakit lain, penyakit Difteri semakin cepat ditemukan, semakin cepat dapat diobati sehingga kemungkinan sembuh lebih besar. Berikut hal hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah penyakit Difteri :
1. Mengenali tanda awal penyakit Difteri
2. Segera ke pelayanan Kesehatan bila ada tanda dan gejala nyeri tenggorokan
3. Jika ada keluarga, teman, atau masyarakat yang mempunyai gejala penyakit Difteri langsung sarankan ke dokter terdekat
4. Melakukan kebersihan diri
5. Melakukan imunisasi secara rutin dan lengkap
Nah sobat oke, yuk buka wawasan agar lebih sehat.